Monday, May 4, 2015

Makalah Metodologi Studi Islam Tentang Penelitian Agama



PENELITIAN AGAMA

A.    Pendahuluan
Agama merupakan suatu keyakinan yang dianut oleh sekelompok masyarakat yang diyakini dapat memberikan bimbingan agar menjadi pribadi yang baik, dengan member peraturan meninggalkan semua bentuk perbuatan tercela yang dapat merugikan orang lain dan menyebabkan dosa, serta mendekati atau melakukan perbuatan terpuji yang dapat mendatangkan pahala.  Agama yang dianut tentunya berdasarkan penelitian-penelitian yang akurat untuk membenarkan paham yang dianutnya.  Penelitian agama tersebut berdasarkan beberapa metode ilmiah yang lebih konkrit.
Dalam makalah ini akan dibahas tentang beberapa hal menganai pengertian penelitian, penelitian agama, dan model-model penelitian agama.  Makalah ini ditujukan untuk memenuhi tugas terstruktur dalam mata kuliah Metodologi Studi Islam ampuan dosen Dr. H. Jamali Sahrodi, M.Ag.

B.     Pengertian Penelitian dan Penelitian Agama
Penelitian (research) adalah upaya sistematis dan objektif untuk mempelajari suatu masalah dan menemukan prinsip-prinsip umum.  Selian itu, penelitian juga berarti upaya pengumpulan informasi yang bertujuan untuk menambah pengetahuan.  Pengetahuan manusia tumbuh dan berkembang berdasarkan kajian-kajian sehingga terdapat penemuan-penemuan, sehingga ia siap merevisi pengetahuan-pengetahuan massa lalu melalui penemuan-penemuan baru.[1]
Penelitian dipandang sebagai kegiatan ilmiah karena menggunakan metode keilmuan, yakni gabungan antara pendekatan rasional dan pendekatan empiris.  Pendekatan rasional memberikan kerangka pemikiran yang koheren dan logis.  Sedangkan pendekatan empiris merupakan kerangka pengujian dalam memastikan kebenaran.[2]  Metode ilmiah adalah usaha untuk mencari jawaban tentang fakta-fakta dengan menggunakan kesangsian sistematis.
Kriteria metode ilmiah menurut Moh.  Nazir adalah sebagai berikut:
1.      Berdasarkan fakta.
2.      Bebas dari prasangka.
3.      Menggunakan prinsip-prinsip analis.
4.      Menggunakan hipotesis.
5.      Menggunkan ukuran objektif.
6.      Menggunakan teknik kuantitatif.
Adapun langkah-langkah yang ditenpuh dalam metode ilmiah adalah sebagai berikut:
1.      Memilih dan mendefinisikan masalah.
2.      Survey terhadap data yang tersedia.
3.      Memformulasikan hipotesis.
4.      Membangun kerangka analisis serta alat-alat dalam menguji hipotesis.
5.      Mengumpulkan data primer.
6.      Mengolah, menganalisis, dan membuat interpretasi.
7.      Membuat generalisasi.
8.      Membuat laporan.
Agama sebagai objek penelitian sudah lama diperdebatkan.  Harun Nasution menunjukkan bahwa agama, karena merupakan whayu, tidak dapat menjadi sasaran penelitian ilmu sosia, dan  kalaupun dapat dilakukan, harus menggunakan metode khusus yang berbeda dengan metode ilmu sosial.  Agama yang diturunkan dan terwujud dalam bentuk benda-benda suci atau keramat, seperti bangunan mesjid yang bernilai historis tinggi, bangunan candi Borobudur, dan bedug Sunan yang dipamerkan dalam Festival Istiqlal, misalnya, merupakan wilayah kajian antropologi dan arkeologi.  Dengan demikian, agama dalam pengertian yang kedua, menurut Harun Nasution, dapat dijadikan sebagai objek penelitian tanpa harus menggunakan metode khusus yang berbeda dengan metode yang lain.

C.        Penelitian Agama dan Penelitian Keagamaan
M. Atho Mudzar (1998: 35) menginformasikan bahwa sampai sekarang, istilah penelitian agama dengan penelitian keagamaan belum diberi batas yang tegas.  Penggunaan istilah yang pertama (penelitian agama) sering juga dimaksudkan mencakup pengertian istilah yang kedua (penelitian keagamaan) dan begitu sebaliknya.  Salah satu contoh yang diungkap oleh M. Atho Mudzar adalah pernyataan A. Mukti Ali, yang ketika membuka Program Latihan Penelitian Agama (PLPA), menggunakan istilah tersebut dengan arti yang sama.
Selanjutnya, Atho Mudzar mengutip pendapat Middleton, seorang guru besar antropologi di New York University.  Beliau berpendapat bahwa penelitian agama (researh on religion) berbeda dengan penelitian keagamaan (religious research).  Penelitian agama lebih mengutamakan pada materi agama, sehingga sasarannya terletak pada tiga elemen pokok, yaitu ritus, mitos, dan magik.  Sedangkan penelitian keagamaan lebih mengutamakan pada agama sebagai sistem atau sistem keagamaan (religius system).[3]  Jadi letak perbedaan antara penelitian agama dengan penelitian keagamaan yaitu pada objek yang diteliti.  
Jika dalam penelitian agama, contohnya tentang penelitian agama Islam objek yang diteliti antara lain adalah ilmu-ilmu dalam Islam, seperti ilmu kalam, fikih, akhlak, dan tasawuf maka dalam penelitian keagamaan Islam objek yang diteliti yaitu agamanya sebagai produk interaksi sosial.  Secara keseluruhan baik penelitian agama maupun penelitian keagamaan merupakan kajian yang menjadikan agama sebagai objek penelitian.  Apabila penelitian agama berkenaan dengan pemikiran atau gagasan, maka metode-metode seperti filsafat, fisiologi adalah pilihan yang tepat.  Apabila penelitian agama berkaitan dengan sikap perilaku agama, maka metode ilmu-ilmu sosial, seperti sosilogi, antropologi, dan psikologimerupakan metode yang paling tepat digunakan.  Sedangkan untuk penelitian yang berkenaan dengan benda-benda keagamaan, metode arkeologi atau metode-metode ilmu natural yang relevan tepat digunakan.[4]
Berdasarkan saran tersebut, maka metode penelitian yang akan kita gunakan dalam satu kegiatan penelitian tidak harus membangun metode baru, tetapi cukup meminjam, melanjutkan, atau mengembangkan metodologi yang sudah dibangun oleh para ahli sebelumnya.  Hal ini sesuai dengan yang telah kita singgung pada pembahasan di atas.

D.    Model-Model Penelitian Keagamaan
Adapun model penelitian yang dibahas di sini disesuaikan dengan perbedaan antara penelitian agama dan penelitian hidup keagamaan.  Model-model dalam penelitian agama tersebut, antara lain:
1.      Analisis Sejarah
Sosiologi tidak memusatkan perhatiannya pada bentuk peradaban pada tahap permulaan pada waktu tertentu (etnografi), tetapi menerangkan realitas masa kini, realitas yang berhubungan erat dengan kita, yang memengaruhi gagasan dan perilaku kita.  Supaya kita mengerti persoalan manusia  sekarang, kita harus mempelajari sejarah masa silam.  Dalam hal ini, sejarah hanya sebagai metode analisis atas dasar pemikiran bahwa sejarah dapat menyajikan gambaran tentang unsur-unsur yang mendukung timbulnya suatu lembaga.  Pendekatan sejarah bertujuan untuk menemukan inti karakter agama dengan meneliti sumber klasik sebelum dicampuri yang lain.  Dalam menggunakan kata historis, sejarawan cenderung menyajikan detail dari situasi sejarah dan eksplanasi tentang sebab akibat dari suatu kejadian.  Sedangkan sosiolog lebih tertarik pada persoalan apakah situasi sosial tertentu diikuti oleh situasi sosial yang lain.  Sosiolog mencari pola hubungan antara kejadian sosial dan karakteristik agama.
Berikut beberapa pakar yang telah menggunakan analisi historis.
a)      Talcott Parson dan Bellah ketika ia menjelaskan evolusi agama.
b)      Berger dalam uraiannya tentang memudarnya agama dalam masyarakat modern.
c)      Max Weber ketika ia menjelaskan sumbangan teologi Protestan terhadap lahirnya kapitalisme.
2.      Analisis Lintas Budaya
Dengan membandingkan pola-pola sosial keagamaan di beberapa daerah kebudayaan, sosiolog dapat memperoleh gambaran tentang korelasi unsur budaya tertentu atau kondisi sosiokultural secara umum.  Weber mencoba membuktikan teorinya tentang relasi antara etika Protestan debgan kebangkitan kapitalisme melalui kajian agama dan ekonomi di India dan Cina.
3.      Eksperimen
Penelitian yang menggunakan eksperimen agak sulit dilakukan dalam penelitian agama.  Namun, dalam beberapa hal, eksperimen dapat dilakukan dalam penelitian agama, misalnya untuk mengevaluasi perbedaan hasil belajar dari beberapa model pendidikan agama.  Darley dan Batson melakukan eksperimen di sekolah seminari, dengan mengukur pengaruh cerita-cerita dalam injil terhadap perilaku siswa.
4.      Observasi Partisipatif
Dengan partisipasi dalam kelompok, peneliti dapat mengobservasi perilaku orang-orang dalam konteks religius.  Orang yang diobservasi boleh mengetahui bahwa dirinya sedang diobservasi atau secara diam-diam.  Di antara kelebihan penelitian ini adalah memungkinkannya pengamatan simbolik antar anggota kelompok secara mendalam. Adapun salah satu kelemahannya adalah terbatasnya data pada kemampuan observer.
5.      Riset Survei dan Analisis Statistik
Penelitian survei dilakukan dengan penyusunan kuesioner, interview dengan sampel dari suatu populasi.  Sampel dapat berupa organisasi keagamaan atau penduduk suatu kota atau desa.  Prosedur penelitian ini dinilai sangat bergunna untuk memperlihatkan korelasi dari karakteristik keagamaan tertentu dengan sikap sosial atau atribut keagamaan tertentu.
6.      Analisis Isi
Dengan metode ini, peneliti mencoba mencari keterangan dari tema-tema agama, baik berupa tulisan, buku-buku khotbah, doktrin, maupun deklarasi teks, dan yang lainnya.  Umpamanya sikap kelompok keagamaan dianalisis dari substansi ajaran kelompok tersebut.[5]







[1] Dikutip dari George Theodorson dan Achilles G. Theodorson, A Modern Dictionary of Sociology, New York: Thomas (New York: Thomas Y. Crowell Company, 1969), hlm. 347, oleh Ahmad Syafi’I Mufid, “Penelitian Agama: Hakikat, Metode, dan Kegunaannya”, dalam Affandi Mochtar (ed.), Menuju Penelitian Keagamaan dalam Perspektif Penelitian Sosial, (Cirebon: Fak. Tarbiyah IAIN SGD, 1996), HLM.32.
[2] Ahmad Syafi’I Mufid dalam Affandi Mochtar (ed.),  1996: 33
[3] M. Atho Mudzar, 1998, hlm. 35
[4] Ahmad Syafi’i Mufid dalam Affandi Mochtar (ed.), 1996: 35
[5] Djamari, 1993:53-9

No comments:

BANGUN RUANG DAN BANGUN DATAR

BANGUN RUANG DAN BANGUN DATAR 1.       Mengelompokkan berbagai bangun ruang sederhana a.    Menyebutkan bermacam bentuk benda Bentu...